Kamu pengunjung ke

Selasa, 24 September 2013

RIVAL


RIVAL
Karya: Debora 


“Klarifikasi, gak!”
“Apaan sih?!”
Suasana pagi yang lengang di salah satu koridor kampus SMA Maranatha dibuyarkan oleh bentakan Nara yang cukup menggema di koridor kelas yang masih sepi.
“Apa sih, alay! Pagi-pagi udah berisik” Jawab cowok yang masih tetap stay cool duduk di bangkunya.
“Eh elo itu yang alay. Tanggung jawab lo! Jangan mentang-mentang lo anak kepsek bisa seenaknya sama orang!” Bentak Nara.
“Apaan sih lo! Gak usah bawa nama bokap gue! Gue enggak ngerti, mau lo apa sih?” Bentak Dimas, cowok yang sedari tadi menjadi bulan-bulanan kemarahan Nara.
“Kejadian kemaren. Gue mau lo minta maaf!” Jawab Nara berkacak pinggang.
“Ogah! Gue bener kok! Terserah, gue gak peduli.” Jawab Dimas santai kemudian dengan santai melenggang pergi meninggalkan Nara yang masih shock akan ke-apatisan Dimas.
“Sial!” Desis Nara diiringi gebrakan meja sebagai pelampiasan kemarahannya pada Dimas selaku ‘calon mantan pacarnya’.
♥♥♥♥
Pagi ini adalah pagi yang paling menyebalkan bagi Kinara Anggraeni atau yang akrab disebut Nara. Pasalnya hari yang sudah dijadualkannya sebagai hari klarifikasi dan pembersihan nama baik sudah gatot alias gagal total akibat keapatisan dan sifat keras kepala Dimas Setyo Nugroho si mantan pacar. Ralat, sebenarnya bukan mantan pacar tapi calon mantan pacar. Mengapa? Karena mereka berdua belum resmi putus! Lagi pula, sampai saat ini tidak ada satupun orang yang tahu kecuali Riri sahabat Nara dan Reza sahabat Dimas, bahwa mereka pacaran selama 6 bulan terakhir.
Mereka adalah pasangan aneh yang sering bertengkar hebat karena sebuah masalah sepele.
Tapi kali ini bukan masalah sepele yang bisa segampang itu diselesaikan. Ini adalah masalah parah bin akut bagi Nara, tapi selalu dianggap enteng oleh Dimas si calon mantan pacar. Tapi seribut apapun mereka tak ada yang tahu bahwa mereka menjalin hubungan asmara karena semua orang tahu bahwa mereka adalah rival abadi. Bahkan sejak pertama kali duduk di bangku SMA hingga kelas XI ini mereka menjadi musuh. Hanya karena satu momen mereka menjadi memiliki rasa dan menjalin asmara.
Susah payah Nara merahasiakan hubungannya dengan Dimas. Bahkan dengan susah payah dia membujuk Riri dan Reza untuk tidak menceritakan rahasia ini pada siapapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Bahkan Nara telah sukses mengambil sumpah dari kedua sahabatnya ini untuk tidak membocorkan rahasia ini. Hanya Dimas yang tidak mau melakukan sumpah yang menurutnya aneh untuk tidak membocorkan informasi bahwa Nara sekarang adalah miliknya. Bukanlah wajar bahwa mereka memproklamirkan hubungan mereka? Tapi Dimas adalah tipikal orang yang cuek, baginya dengan memiliki Nara sudah cukup.
Sangat kontras dengan Nara yang sangat menjaga rahasia ini, dia tidak mau dicap sebagai orang yang tidak konsisten yang memacari Rival bebuyutannya ini. Gengsi? Bisa dibilang begitu, karena pada faktanya dia selalu berusaha mencari gara-gara dengan Dimas saat banyak orang ada di sekitar mereka. Alibi? Bisa dibilang begitu. Dia tidak ingin menghilangkan predikatnya sebagai ‘cewek yang menjadi rival bintang sekolah sekaligus anak kepala sekolah’. Keren bukan ? Dan egonya tak mengiklaskannya untuk melepas predikat itu.

♥♥♥♥
“Hay Nara, duduk sini dong! Makan bareng kita” Ajak Nino, salah satu anggota geng berandalan di sekolah.
“Iya Nara sombong deh,” Celetuk Aldin
‘sombong’ adalah kata yang cukup riskan bagi Nara, karena pada dasarnya Nara paling tidak suka dicap sebagai orang sombong.
“Oh iya,” kata Nara singkat diiringi cengiran kuda andalannya.
Nara yang tak enak hati segera berjalan mendekati Nino dan kawan-kawannya. Geng yang terkenal cukup berandal dan suka menggoda gadis-gadis di sekolah.
Saat berjalan sambil membawa sepiring nasi goreng kesukaannya menuju salah satu meja, ada yang menahan Nara sampai piring berisikan nasi goreng yang di bawa Narapun pecah.
“Dimas?” Tanya Nara heran
“Makan sama aku aja!” Jawab Dimas, pacar Nara datar.
“Tapi aku kan mau makan sama mereka,” Kata Nara sambil menunjuk meja Nino dkk
“Ikut aku!” Kata Dimas tanpa memperlemah genggamannya pada pergelangan tangan Nara.
“Kamu apaan sih?” Kata Nara sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan Dimas.
“Eh Dim, Nara kan mau duduk sama kita, kenapa lo ngelarang sih? Iya sih pacarnya tapi gak segitunya dong. Nara juga punya temen, punya kehidupan. Gak selamanya ngurusin elo yang manja. Sok jadi prioritasnya Nara!” Sela Nino yang nimbrung perdebatan antara Dimas dan Nara.
Apa? Pacar? Prioritas?
Rahasia yang selama ini disimpan rapat-rapat oleh Nara telah terbongkar. Nino tahu kalo selama ini Nara dan Dimas pacaran. Ini di kantin sekolah, dan kini semua orang tahu kalau mereka pacaran.
Semua orang yang ada di kantin mendadak memandang Nara horror. Semua orang tahu, dan rahasia yang selama ini dijaganya baik-baik telah terbongkar.
“Hah, Nara sama Dimas pacaran?”
“Jadi selama ini jadi rivalnya Dimas Cuma buat cari muka doang”
“Gak nyangka, munafik banget”
“Beneran atau enggak sih mereka pacaran”
“Pacaran sama anak kepsek buat cari aman tuh”
Dan masih banyak komentar dan desisan yang dilontarkan siswa-siswi yang ada di kantin sekolah siang itu. Komentar pedas saat mendengar fakta bahwa Nara dan Dimas pacaran cukup memekakkan telinga Nara dan sukses menjebol benteng air mata Nara. Tak terasa air mata Narapun meleleh.
“Gak usah ngomong sembarang deh lo” Kata Nara terbata
“Tapi iyakan kalian pacaran?” Kata Nino
Nara yang tak kuat mendengar celaan orang terhadapnya berusaha melenggang pergi meninggalkan kantin, tapi tak mampu saat tangannya di cengkeram kuat oleh Dimas.
“Kalo iya kenapa? Masalah buat kalian? Aku sama Nara emang pacaran, terus apa urusan kalian. Gak usah sok penting dengan rempong ngurusin urusanku sama Nara. Urusin hidup kalian sendiri!” Ucap Dimas lantang.
Nara yang tak kuat, menghentakkan tangannya dan sukses melepaskan tangannya dari cengkeraman Dimas. Narapun berlari meninggalkan kantin dengan penuh air mata.
Riri sang sahabat yang memperhatikan sedari tadi menyusul Nara yang berlari, diikuti Dimas yang berlari menyusul Nara.
Suasana kantin siang itu menjadi riuh karena skandal Nara dengan Dimas.
Nino dan gengnya segera meninggalkan kantin dan tutup mulut saat banyak dari siswa-siswi yang meminta klarifikasi tentang hubungan Nara dan Dimas.

♥♥♥♥
“Nar, kamu enggak kenapa-kenapa kan?” Kata Riri pelan.
Nara hanya menanggapi dengan gelengan kepalanya ditenggelamkannya pada lipatan tangan mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja.
“Tapi,” kata Riri terpotong saat Dimas menepuk bahunya seolah mengisyaratkan bahwa ia bisa menyelesaikannya.
“Oke Nar, aku percaya kamu cewek kuat kok. Dim, titip Nara ya,” Kata Riri seraya meninggalkan sepasang kekasih itu. Membiarkan mereka menyelesaikan permasalahan mereka secara dewasa.
“Nara” Panggil Dimas lembut
Nara tetap setia menangis dibalik lipatan tangannya.
Tanpa aba-aba, Dimaspun membawa Nara ke dalam pelukannya, membiarkan orang yang dicintainya selama ini menangis dan menumpahkan segala perasaannya dalam dekapnya. Memeluk serta menyalurkan kekuatan dan keyakinan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja.
Nara masih tetap setia menagis, dan Dimaspun masih tetap setia memeluk Nara dan mengusap punggung Nara, menyalurkan kekuatan dan cinta.
“Everything gonna be alright, baby” kata Dimas seraya mengecup kepala Nara
Di bawah pohon rindang, di kebun belakang sekolah tempat penuh kenangan dan rahasia antara Nara dan Dimas mereka menghabiskan sisa jam pelajaran terakhir siang ini.
“Semuanya udah berakhir” Kata Nara yang telah melepaskan pelukannya dari Dimas, dengan mata yang sembab sembari mengusap sisa air matanya.
“Maksudnya?” Tanya Dimas sembari membantu Nara mengusap air mata Nara.
“Semuanya udah kebongkar. Rahasia yang kita simpan baik-baik semuanya kebongkar”
“Kita? Cuman kamu Nar. Sejak awal aku gak pengen ini jadi rahasia.” Kata Dimas
“Jadi cuma aku ? Cuma aku yang berusaha ? Pantes semua kebongkar!” Kata Nara emosi
“Sejak awal aku memang gak mau hubungan kita jadi rahasia. Aku mau semua orang tau bahwa aku cinta kamu dan kamu punya perasaan yang sama kaya aku. Kamu sekarang punya aku.” Kata Dimas
“Dalam situasi seperti ini? Kamu egois Dim!” Kata Nara kemudian memunggungi Dimas
“Nar lihat aku! Cinta itu egois! Karena aku cinta kamu, aku egois buat jadiin kamu satu-satunya. Aku egois, karena aku gak mau berbagi sama orang lain. Aku egois karena aku pengen memiliki kamu seutuhnya. Aku egois untuk enggak berbagi ‘kamu’ sama Nino dan teman-temannya” Kata Dimas
“Oh jadi itu alasannya tadi kamu ngelarang aku duduk sama Nino? Cukup tahu ya Dim, gara-gara kamu semuanya kebongkar!” Jawab Nara ketus
“Loh, kenapa gara-gara aku?”
“Seandainya tadi kamu enggak ngelarang aku duduk sama Nino, kita gak akan berantem di kantin dan rahasia kita gak akan kebongkar. Ini semua gara-gara kamu Dim!” Kata Nara berlinang air mata.
“Kenapa jadi aku yang salah? Bukannya bagus ya kalau semua orang tahu hubungan kita? Kamu gak usah repot-repot menyembunyikan rahasia ini? Tapi kenapa kamu marah sama aku ? Kamu gak mau ya hubungan kita kebongkar? Kamu gak suka ya pacaran sama aku? Lalu selama ini apa artinya?” Tanya Dimas beruntun
Nara hanya diam. Karena memang semua ini salahnya. Membiarkan Dimas sebagai pacar simpanan yang tak pernah diakuinya dimuka umum. Nara menyesal membiarkan Dimas merasakan pedih sebagai pacar yang disembunyikannya selama ini. Nara memang egois.
Dan Nara sadar itu.
“Jawab Nar” pinta Dimas
“Kita putus aja Dim” Kata Nara sambil menunduk sembari menyembunyikan kepedihannya yang membuncah.
“What?” Tanya Dimas  shock
“Iya Dim,  mending kita putus aja. Aku yang egois, dan aku tahu itu. Kita akhirin aja dari pada kita sama-sama sakit.” Jawab Nara lemah disela-sela tangisannya
“Tapi enggak gini caranya Nar. Aku enggak mau putus!” Kata Dimas
“Tapi buat apa semuanya dilanjutin, aku udah nyakitin kamu dan aku udah enggak punya muka lagi buat jadi pacar kamu. Kamu denger kan tadi komentarnya anak-anak kaya gimana? Aku udah gak punya muka lagi buat ada di sisimu Dim” Kata Nara sesenggukan
“Selalu ada solusi Nara. Ayo hadapi bareng-bareng.” Kata Dimas memberi motivasi
Nara terdiam.
“Iya Dim, ada solusi. Kamu klarifikasi kalau kabar itu bohong, atau kita putus.” Kata Nara putus asa.
“Kamu keras kepala banget Nar. Jawabanku, aku gak akan klarifikasi dan aku gak mau putus. Titik!” Kata Dimas lalu melenggang pergi meninggalkan pacarnya yang keras kepala. Berharap pacarnya akan sadar dan paham.
♥♥♥♥
Setelah kejadian siang itu di kantin, Nara menjadi sasaran pertanyaan siswa-siswi SMA Maranatha. Pertanyaannya pun hanya seputar itu, apakan kabar bahwa Nara dan Dimas pacaran benar adanya atau tidak. Narapun hanya bisa menghindar dan menghindar. Dia tidak mau menyakiti Dimas dengan tidak mengakui Dimas lagi. Nara selalu beralibi dengan meminta untuk bertanya pada Dimas saja, tapi kelamaan Narapun lelah meladeni pertanyaan dari penggemarnya dan Dimas yang selalu terobsesi mengetahui segalanya.
Narapun berusaha untuk meminta pertanggungjawaban Nino selaku ‘ember’ pertama yang menyebarkan kabar itu. Tapi hasilnya nihil. Nino selalu sukses kabur dan mengelak dari kejaran Nara.
Tak ada cara lain selain meminta Dimas yang notabene juga mengakui hubungannya dengan Nara untuk mengklarifikasi semuanya. Nara sudah cukup kenyang dan muak menjadi bulan-bulanan para gadis penggemar berat Dimas Setyo Nugroho si Bintang Sekolah dan menjadi sasaran celaan orang-orang.
Sampai tekad Nara telah bulat untuk meminta pertanggungjawaban Dimas.
“Klarifikasi, gak!”
“Apaan sih?!”
Suara Nara yang lantang menggema di kelas XI IPA 1 yang masih sangat sepi. Hanya ada Nara dan Dimas.
“Apa sih, alay! Pagi-pagi udah berisik” Jawab Dimas stay cool masih di bangkunya
“Eh elo itu yang alay. Tanggung jawab lo! Jangan mentang-mentang lo anak kepsek bisa seenaknya sama orang!” Bentak Nara.
“Apaan sih lo! Gak usah bawa nama bokap gue! Gue enggak ngerti, mau lo apa sih?” Bentak Dimas, cowok yang sedari tadi menjadi bulan-bulanan kemarahan Nara.
“Kejadian kemaren. Gue mau lo klarifikasi!” Jawab Nara berkacak pinggang.
“Ogah! Gue bener kok! Terserah, gue gak peduli.” Jawab Dimas santai kemudian dengan santai melenggang pergi meninggalkan Nara yang masih shock akan keapatisan Dimas.
“Sial!”  desis Nara sambil menggebrak meja.
Nara belum putus asa. Demi mengakhiri penderitaannya dia rela bangun pagi-pagi demi bertemu Dimas di sekolah saat keadaan masih sepi. Berharap hari ini juga Dimas mau klarifikasi dan mengakhiri penderitaannya. Dengan tekad yang bulat Narapun mengejar Dimas yang melenggang pergi.
“Hey Dim tunggu!” Kata Nara dengan nafas yang tak beraturan
“Apa lagi?” Jawab Dimas malas
“Masalah kemarin” Kata Nara
Dimaspun berbalik, menghampiri Nara, menggenggam tangan Nara dan membawanya pergi. Ke Kebun belakang sekolah.
“Mau kamu apa?” tanya Dimas
“Klarifikasi semua, kalau kabar itu bohong dan semua akan selesai.” Kata Nara keras kepala
“Enggak mau! Sejak awal kamu pacar aku, dan sampai kapanpun kamu tetap jadi pacar aku” Jawan Dimas tak kalah keras kepalanya.
“Aku capek Dim. Kamu ngerti enggak sih? Jadi bahan bully-an anak-anak se-sekolah. Mungkin memang sejak awal hubungan kita emang salah” Kata Nara menahan tangis
“Aku tahu kamu masih sayang aku, dan perlu kamu tahu aku sangat sayang sama kamu. Dan mau digimanain juga rasaku enggak akan berubah. Saat kita berhenti bukankah semua akan lebih menyakitkan? Gak cuman kamu, aku akan lebih sakit Nar. Aku yang berjuang mempertahankan hubungan ini, dan saat semua berakhir ini akan lebih sakit baut aku” Kata Dimas sambil menggenggam tangan Nara.
“Terus kita harus ngapain?” Tanya Nara tertunduk
“Hadapi bersama Nar. Kita bisa kalau bersama.” Jawab Dimas meyakinkan
“Tapi gimana caranya Dim?”
“Belajar terima keadaan Nar. Apapun masalalu kita, yang terpenting adalah sekarang dan masa depan kita Nar. Dan inget, bahagia itu kita yang ciptain bukan mereka! Percaya sama aku, bahwa aku bakal setia dan melindungi kamu Nar. Aku sayang kamu” Kata Dimas kemudian mengecup kening Nara.
“Sekarang kita keluar, hadapi bersama. Sebelum bel masuk, dan mungkin sekarang udah banyak anak-anak yang berangkat sekolah.” Ajak Dimas  seraya menggandeng Nara.
Membawa Nara dan melindunginya sebagai kekasihnya. Mengakuinya kepada dunia bahwa Nara adalah kekasihnya dan miliknya. Memproklamirkan keegoisannya memiliki Nara seutuhnya tanpa mau berbagi cinta dengan orang lain.
Meninggalkan masa lalunya sebagai rival abadi menjadi cinta yang abadi. Membiarkan dunia tahu bahwa Dimas hanya untuk Nara, dan Nara hanya untuk Dimas tanpa memperdulikan semua resiko yang ada.
Mereka hanya insan yang saling mencinta, dan mengupayakan egonya untuk saling memiliki tanpa ada tembok yang menghalangi.
Menertawakan fakta bahwa ‘ember’nya Nino hanya akal-akalan Nino dkk yang sedari dulu tanpa sengaja mengetahui hubungan mereka dan mulai bosan saat kabar bahagia itu tak segera tersiar.
Yang ada kini hanya Nara dan Dimas. Rival abadi yang mencinta.

♣♣♣♣

“Bahagia itu kita yang ciptakan, bukan mereka!”
Dimas♥Nara